Kamis, 12 Januari 2017

Ketika SELAMANYA menjadi SEMENTARA

Dari teduh berganti jenuh.
Aku termakan manisnya kata, sampai lupa makna dibaliknya.

S E L A M A N Y A

Mana mungkin aku lupa dengan janji yang terasa pasti.
Ternyata, janji yang kau suapkan hanya umpan untuk menyenangkan hati (hohoho)
Apa namanya 'janji' jika kau tak mampu menepatinya?
Apa namanya 'kita' jika ujungnya hanya aku yang berjuang?
Makanlah kata selamanya itu !
Dan terima kasih karena sudah menyadarkan betapa bodohnya aku yang mempercayai dirimu. (Hahahaha)

Silahkan tertawa !
Setidaknya kini aku sudah sadar dan tidak lagi terbang dengan janji untuk bersama.

Silahkan mengadu pada perempuan-perempuan itu !
Tunggulah waktu karma menghampiri kau nanti !
(Oh jahatnya aku, tolong kau maapkan aku)

SELAMANYA, hanya kata; tidak bekerja pada makna sebenarnya.

Dalam hubungan apapun, 'selamanya' berarti 'sekuatnya'.

Ya, sekuat apa kita bertahan.
Sekuat apa kita mengiyakan kepura-puraan, bahwa cara menyayangi seseorang sudah tidak seiring sejalan lagi.
Dan, sekuat apa kita saling menjaga percaya bukan menjaga janji untuk menyenangkan hati.

Aku pernah berharap kita menjadi 'selamanya'.
Hakikatnya, kita sekadar 'sementara'.
(Hahaha kurasa aku sudah setres)

Untuk si penghuni hati yang masih rahasianya Tuhan,
Janganlah memastikan kita akan selalu bersama, pastikan saja hati kita masih dipenuhi rasa percaya.
Hati lebih mengerti cara menggandakan bahagia.
Kita cukup menjalani tanpa terlalu banyak berandai-andai.
Aku tidak ingin selamanya percaya dengan kata-katanya, lebih baik memformulakan maknanya.
(Ah, capek !)

Over? Not yet !
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar