SESYAHDU SUJUDKU DISEPERTIGA MALAM
Awalnya
ini adalah tugas dari salah satu organisasiku di kampus. Kami ditugaskan oleh
mentor alias kakak senior untuk membuat antalogi dengan tema “Hidden Love” atau
Cinta Terpendam. Yaaah, dari judulnya aja udah kelihatan kalo ceritanya pasti
galau. Tapi jangan salah tanggap dulu, cerita ini dijamin dapat menumbuhkan
semangat anda dalam mencintai seseorang, apalagi yang lagi patah hati ni,
supaya jangan galau-galau terus.eh, jangan bilang siapa-siapa ya, sebenernya
cerita ini adalah kisahku sendiri. Hanya nama saja yang dirubah. Dan disini,
aku berharap sekali jika ceritaku ini nantinya terpilih untuk dicetak di buku
cerpen antalogi kami nanti. Aamiin.. Karna katanya, tidak semua cerita yang
dapat terpilih, ada penyaringan lagi. Oke, langsung aja kita simak ceritanya.. :)
Namanya
Athifa Zakhira Matondang. Dia berasal dari suku Batak Mandailing. Dan sekarang,
dia sedang menjalani pendidikan di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Dia
adalah anak bungsu ayah dan ibunya. Seperti apa yang dikatakan orang banyak,
anak bungsu biasanya anak yang paling disayang dan dimanja oleh kedua orangtua.
Begitu pula yang terjadi dengan Athifa. Dia merupakan anak perempuan yang
paling disayang oleh kedua orang tuanya, sedikit pun ia tidak pernah merasa
kekurangan cinta dan kasih sayang dari orang tua.
Hari
ini kegiatan yang dia lakukan sama halnya dengan hari-hari biasa. Bangun pagi,
mandi, bersiap untuk berangkat kuliah, dan di kampus bertemu dengan “Mr. Cuek”,
cowok idolanya di kampus. Kebetulan pagi ini cuacanya sangat cerah. Semangatnya
pergi kuliah pun sangat menggebu-gebu. Sebelum berangkat, Athifa sudah
mempersiapkan apa-apa saja yang akan dia bawa ke kampus. Dan tak pernah lupa
dia membawa buku kecil khusus buat tulisan tentang perasaannya dan
kejadian-kejadian apa yang terjadi di kampus tentang sikap “si Mr. Cuek”.
Sesampainya
di kampus…
“Loh,
itu kan dia???? pagi-pagi gini udah nengok pangeran khayangan aja. Ya Allah..
sepagi inikah Kau akan menguji imanku…???” ucap Athifa dalam hati sambil
tersenyum-senyum sendiri dan masih terus memandang lelaki idolanya berjalan di
depannya.
Seperti
biasa, dia hanya bisa memandang lelaki itu dari jauh. Dia tak berani mendekat,
apalagi mengajak lelaki itu bicara. Akhirnya, dia hanya bisa berjalan di
belakangnya sambil terus menunduk sampai-sampai ia hampir menabrak tembok di
depannya. Entah sampai kapan perasaan ini terus terpendam dalam hatinya, Athifa
pun tak tau.
Dalam
Islam pacaran itu dilarang. Itu sebabnya, dari dulu sampai sekarang Athifa tak
pernah pacaran, alias jomblo sejati. Semua lelaki yang mendekatinya, langsung
dia tolak begitu saja. Begitupun setelah Athifa bertemu dengan si “Mr. Cuek”,
keadaan masih sama persis. Walaupun kenyataannya Athifa memendam rasa yang
sangat dalam kepada lelaki idolanya tadi, tapi dia tetap komitmen pada satu
target untuk tidak pacaran.
Athifa
selalu berfikir, apakah dia berdosa mencintai seorang lelaki dengan cara
seperti ini. Apakah salah jika dia menyimpan rasa cinta pada seorang lelaki
yang belum halal baginya. Yang dia tau hanyalah rasa cinta itu terus bertambah
setiap detik, tanpa bisa ia hentikan.
Haziq.
Haziq adalah nama lelaki yang Tifa kagumi. Tepatnya adalah Haziq Raqilla
Efendi. Haziq seumuran dengan Tifa. Mereka berada di kampus yang sama, jurusan
yang sama pula, tapi berbeda kelas. Kelasnya Haziq bersebelahan dengan kelasnya
Tifa. Setiap hari Tifa selalu melewati depan pintu kelas Haziq, berharap bisa
melihat Haziq walaupun hanya sepintas.
Selain
dirinya dan Allah, ada satu orang yang mengetahui perasaannya terhadap Haziq.
Dia adalah teman dekatnya Tifa, namanya Qaesyarah dan biasa dipanggil Sarah.
Hari demi hari berlalu, tak bosan-bosannya Athifa terus memantau sikap dan
prilaku Haziq. Ternyata, Haziq bukanlah tipe cowok yang recok. Dia tidak suka
keramaian, itu lah kenapa dia lebih suka menyendiri. Kalau bukan orang lain
yang berbica terlebih dahulu, dia tidak akan berbicara. Yah, itu lah cowok cuek
yang dikagumi Athifa.
“Eh,
liat deh. Dia lagi dengerin musik tuh. Gilaaak keren banget kan gayanya. Dia
juga bisa main gitar lho. Tipe aku kali pokoknya”, kata salah satu teman
sekelas Tifa yang ternyata juga menyukai Haziq.
Sabar
ya Tifa, memang udah banyak kok yang suka sama dia. Jodoh gak bakal tertukar
kok. Jadi santai aja, okey?”, ucap Sarah sambil terus mengelus-elus pundak
Athifa.
Athifa
lalu pergi meninggalkan Sarah dan ia menuju taman yang berada tak jauh dari
tempat mereka mengobrol tadi. Lalu ia membuka tasnya dan mencari buku kecil
yang semuanya tulisan tentang lelaki idolanya, Haziq. Dalam buku kecil khusus
itu, Athifa menuliskan...
Tak mengapa
jika banyak yang suka padamu, jika banyak yang mengagumimu, dan banyak sekali
perempuan yang ingin menjadi pacarmu. Sekalipun jika akhirnya aku tau kamu akan
berpacaran dengan salah satu temanku, aku tak akan menangisimu, karena aku
masih memiliki cinta yang kekal sampai kapan pun, yaitu cintaku pada Allah. Ya
Allah, mohon jagalah hati ini agar aku tidak berlarut-larut dalam cinta yang
salah. Aku hanya ingin mencintai-Mu saat ini, maka hilangkanlah sedikit demi
sedikit rasa cintaku kepada kekasih-Mu ini…
Bleeb,
buku itu pun ditutupnya.
Malam
itu, seperti biasa Tifa terbangun di sepertiga malam dan biasanya ia langsung
menuju kamar mandi lalu berwudhu dan melakukan shalat tahajjud. Terlahir dari
keluarga yang kuat agama membuat Tifa menjadi anak yang rajin beribadah, yang
wajib maupun sunnah. Setiap malam, ia tak pernah absen menunaikan shalat
tahajjud dan dilanjutkan dengan menghafal Al-Qur’an. Setelah shalat tahajjud
dua rakaat, ia pun berdoa kepada Allah. Yang paling utama didoakannya adalah
kedua orang tuanya. Lalu doa untuknya dan keluarganya. Setelah itu, barulah ia
mendoakan hal-hal pribadinya. Termasuk Haziq. Ya, Haziq memang selalu hadir
disetiap doa-doa sepertiga malamnya. Tifa tidak meminta agar Allah betul-betul
menjodohkannya dengan Haziq. Tapi, ia memohon kepada Allah untuk selalu menjaga
cintanya terhadap Haziq agar tidak melebihi cintanya kepada Sang Maha Pemberi
Cinta. Dan doa ini menjadi doa yang tidak pernah ia tinggalkan.
Keesokan
harinya…
Setelah
lelah seharian melewati aktifitas di kampus, Tifa pun ingin segera pulang
karena hari juga semakin sore. Dijalan menuju rumahnya, sambil mengendarai
kereta, Tifa bernyanyi-nyanyi dan fikirannya melayang ke siapa lagi kalau bukan
Haziq. Difikirannya, dia berharap bertemu sekali saja dengan Haziq saat itu
juga, detik itu juga, dan menit itu juga. Tapi, ia pun sadar. Mana mungkin ia
bertemu dengan Haziq di jalan ini. Pasti lah sekarang Haziq sudah berada di
rumahnya, atau mungkin masih berada di sekitar kampus. Tapi… tiba-tiba saja,
seperti kemukjizatan, Haziq datang dengan keretanya sambil terus melaju pelan
mendekat kesamping Tifa. Sepontan, Tifa pun kaget. Karena apa yang ada
difikirannya saat itu, tiba-tiba langsung menjadi kenyataan.
“hey,
ngelamun aja.. Nanti nabrak baru tau rasa”, kata Haziq yang tiba-tiba muncul di
hadapan Tifa.
“Haziq??
Dari mana kamu? Kok bisa disini?
“ya
bisa lah. Aku kan biasanya memang lewat sini kalau pulang kampus. Kenapa? Kok
bingung gitu wajahnya?”
“Eng..eng..enggak
kok. Gak ada apa-apa” kata Tifa dengan terbata-bata.
“Aneh”,
jawab Haziq.
“Haziq,
aku duluan ya. Assalamu’alaikum..” ucap
Tifa.
“Wa’alaikumsalam”,
jawab Haziq.
Lalu
mereka pun berpisah disebuah persimpangan karena arah rumah mereka berbeda.
Sampai
dirumah, Tifa masih terus tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Dia
tidak menyangka jika keinginannya bertemu dengan Haziq di jalan seketika itu
dikabulkan oleh Allah. Entah itu hanya kebetulan saja, atau mungkin memang
rencana Allah. Yang jelas, Athifa sangat senang sekali karena bertemu dengan Haziq,
walaupun hanya sebentar saja.
Tak terasa semester satu telah berlalu. Sudah
cukup kuat Athifa menyimpan perasaannya terhadap Haziq selama satu tahun lebih.
Karena ternyata, tidak gampang dan tidak enak jika kita memendam rasa cinta
pada seseorang. Nah, itu lah yang dirasakan Athifa. Berlanjut ke semester 2,
nasibnya masih tetap sama. Athifa tetap memilih memendam rasa sukanya terhadap
lelaki yang dia kagumi. Sampai detik ini, Athifa tak mengerti apakah rasa ini
sudah menunjukkan rasa cinta atau malah hanya sekedar rasa kagum pada seseorang
saja.
“ Tifa, ada berita bagus lho”, kata Sarah
“Berita
apa lagi sih Sarah?? Pasti gosip ya? Gak mau ah! Dosa tau gosipin orang.” Jawab
Tifa acuh tak acuh.
“Bukaaan.
Ini masalah Haziq. Kamu harus tau satu hal ini”
“Haziq??
Kenapa lagi dengan dia? Udah lah Sarah, aku mau lupain dia aja, sekarang aku
gak mau bahas tentang dia lagi”
“Tifaaa,
dengar dulu. Kemaren, aku ketemu sama Haziq. Dia bersama perempuan teman
sekelasnya. Entah apa yang mereka perbincangkan, tapi mereka kelihatan serius
sekali, dan disitu aku melihat kearakraban mereka kuat sekali. Terus, setelah
perempuan itu pergi, aku menghampiri Haziq. Aku gak tega jika temanku tersayang
ini terus sakit hati dibuatnya. Maka dari itu, aku katakan kepada Haziq kalau
kamu sangat mencintainya. Dia terdiam dan gak percaya dengan apa yang
kukatakan. Tapi aku gak punya waktu banyak, setelah aku katakan semuanya, aku
pun pergi meninggalkannya”, ujar Sarah panjang lebar.
“Sarah..
kamu bilang semuanya ke Haziq tanpa persetujuanku terlebih dahulu?? Kan aku
jadi malu nanti kalau bertemu dengan Haziq…” kata Tifa sambil merengut.
“heeeii,
denger dulu, aku kan belum selesai bicara. Setelah kejadian itu, malamnya
langsung Haziq mengirim pesan padaku lewat BBM. Katanya, dia gak percaya kalau
ternyata perempuan yang ia cintai selama ini juga mencintainya secara
diam-diam”.
“eeiitss,
tunggu dulu. Haziq bilang dia gak percaya kalau ternyata perempuan yang ia
cintai selama ini juga mencintainya secara diam-diam??? Itu artinya…. Haziq
juga mencintaiku??? Iya, iya kan Sarah??”, Tanya Tifa sambil
mengguncang-guncangkan badan Sarah.
Setelah
mendengar cerita dari temannya bahwa Haziq juga memiliki perasaan yang sama,
membuat Athifa begitu kegirangan. Sampai akhirnya ia membuka lembaran buku itu
lagi lalu dengan cepat ia menuliskan…
Jatuh
cinta memang fitrah bagi setiap manusia. Tapi bagaimana cara untuk
mengekspresikannya adalah pilihan. Ada satu keindahan yang mengatur alur
ceritanya. Dan bagiku keindahan itu adalah ISLAM. Islam mengajariku bagaimana
membaikkan fitrah yang dianugerahkan kepada-Nya. Meski tak terucap dan tak
tersampaikan, hatiku tetap bahagia karena Islam telah menjaga.
Saat
rasa belum mampu ku eja. Maka pilihanku adalah tetap berusaha, hingga aku
sanggup membaca. Jika rasa telah sanggup kubaca. Maka pilihanku adalah berusaha
untuk merangkai kata. Jika aku telah mampu merangkai kata. Maka rasa ‘kan ku
tulis hingga makna mengisi sebuah cerita. Inilah yang kusebut penantian di
dalam asa. Bahagia dan sempurna bersama doa dan usaha.
Oh
Tuhan… inikah hadiah yang kau berikan untukku setelah sekian lama aku bersabar
menunggunya dan memasrahkan rasa cinta ini hanya pada-Mu..?aku benar-benar tak
salah pilih memutuskan bahwa Kau lah tempat berlindungku, sehingga aku dapat
ikhlas menyandarkan rasa cinta ini hanya pada-Mu.
Dan
sekarang, Tifa dan Haziq semakin dekat. Mereka tidak berpacaran, tetapi saling
menjaga silaturahim antara keduanya. Karena ternyata mereka adalah satu
komitmen, NO PACARAN! Dan sampai detik ini pun mereka saling memberi kabar,
layaknya hubungan antara sahabat.