Sabtu, 14 Mei 2016

Disenyumin aja

Dan sekarang hal yang kutakuti akhirnya terjadi. Semakin ku mendekat, semakin marak saja perkataan2 buruk itu. Lecehan2 itu. Dan sekarang bahkan lebih dari sekedar lecehan. Baiklah, mungkin saat ini aku akan menghilang. Bukan berarti aku lemah. Bukan karena aku tak ada kekuatan menghadapinya. Tapi karna semua ini cukuplah Allah yang mengatur jalan ceritanya. Dari awal sudah ku katakan, bahwa ini akan berakibat buruk. Bukan karena aku yang salah dalam berperilaku, tapi ini semua terjadi karena kesalah pahaman mereka yang selalu beragument buruk tentang apa yang mereka liat padahal sebenarnya mereka tak melihat. Mereka buta. Buta akan semua kepribadianku. Tapi itu tak membuat ku gundah gulana. Karena yang kucari bukanlah ridho atau penilaian dari makhluk ciptaan-Nya, melainkan ridho dari Allahu Rabbi.

Selasa, 10 Mei 2016

Bukti Cintaku

Sekarang aku tau alasanmu mendiamkanku
Kau selalu berfikir ku terlalu sempurna bagimu
Dan kau menganggap bahwa dirimu tak layak disampingku
Untuk kesekian kalinya kau salah mempersepsikan sesuatu

Waktu terus berputar
Tapi aku tak kan gentar
Aku akan tetap memperjuangkan
Agar cerita ini layak diabadikan

Tingkahmu, sikapmu, dan gaya bicaramu
Semuanya menunjukkan kesederhanaanmu
Tapi kau harus sadar dan tau
Bahwa kaulah yang mengisi kesederhanaanku

Dari yang kosong menjadi terisi
Dari yang sepi menjadi ramai
Dari yang ragu menjadi percaya
Dari yang sedih menjadi bahagia

Kadang aku bingung dengan perasaan
Dia yang datang tanpa pernah diminta
Dia yang pergi tanpa pernah diperintah
Dan dia yang abstrak tapi dapat dirasakan

Saat dia telah bercampur dengan trombosit darah
Yang kemudian bertarung dengan hebatnya bersama dentuman jantung
Lalu mengalir keseluruh tubuh dengan pasrah
Dan didalam hati terasa indah juga sesak, membuat diri semakin bingung

Sabar
Sabar dalam penantian tidak membuat cintaku menjadi hambar
Justru disitulah aku merasakan keindahan
Karena ku tlah menyandarkan cinta hanya pada Tuhan

Ku mencintaimu
Maka kukirimkan doa untukmu
Ku merindukanmu
Maka pilihanku adalah terus berdoa untukmu
Itulah bukti cintaku...

Sabtu, 07 Mei 2016

Cerpen Cinta Terpendam

SESYAHDU SUJUDKU DISEPERTIGA MALAM

Awalnya ini adalah tugas dari salah satu organisasiku di kampus. Kami ditugaskan oleh mentor alias kakak senior untuk membuat antalogi dengan tema “Hidden Love” atau Cinta Terpendam. Yaaah, dari judulnya aja udah kelihatan kalo ceritanya pasti galau. Tapi jangan salah tanggap dulu, cerita ini dijamin dapat menumbuhkan semangat anda dalam mencintai seseorang, apalagi yang lagi patah hati ni, supaya jangan galau-galau terus.eh, jangan bilang siapa-siapa ya, sebenernya cerita ini adalah kisahku sendiri. Hanya nama saja yang dirubah. Dan disini, aku berharap sekali jika ceritaku ini nantinya terpilih untuk dicetak di buku cerpen antalogi kami nanti. Aamiin.. Karna katanya, tidak semua cerita yang dapat terpilih, ada penyaringan lagi. Oke, langsung aja kita simak ceritanya.. :)
Namanya Athifa Zakhira Matondang. Dia berasal dari suku Batak Mandailing. Dan sekarang, dia sedang menjalani pendidikan di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Dia adalah anak bungsu ayah dan ibunya. Seperti apa yang dikatakan orang banyak, anak bungsu biasanya anak yang paling disayang dan dimanja oleh kedua orangtua. Begitu pula yang terjadi dengan Athifa. Dia merupakan anak perempuan yang paling disayang oleh kedua orang tuanya, sedikit pun ia tidak pernah merasa kekurangan cinta dan kasih sayang dari orang tua. 
Hari ini kegiatan yang dia lakukan sama halnya dengan hari-hari biasa. Bangun pagi, mandi, bersiap untuk berangkat kuliah, dan di kampus bertemu dengan “Mr. Cuek”, cowok idolanya di kampus. Kebetulan pagi ini cuacanya sangat cerah. Semangatnya pergi kuliah pun sangat menggebu-gebu. Sebelum berangkat, Athifa sudah mempersiapkan apa-apa saja yang akan dia bawa ke kampus. Dan tak pernah lupa dia membawa buku kecil khusus buat tulisan tentang perasaannya dan kejadian-kejadian apa yang terjadi di kampus tentang sikap “si Mr. Cuek”.
Sesampainya di kampus…
“Loh, itu kan dia???? pagi-pagi gini udah nengok pangeran khayangan aja. Ya Allah.. sepagi inikah Kau akan menguji imanku…???” ucap Athifa dalam hati sambil tersenyum-senyum sendiri dan masih terus memandang lelaki idolanya berjalan di depannya.
Seperti biasa, dia hanya bisa memandang lelaki itu dari jauh. Dia tak berani mendekat, apalagi mengajak lelaki itu bicara. Akhirnya, dia hanya bisa berjalan di belakangnya sambil terus menunduk sampai-sampai ia hampir menabrak tembok di depannya. Entah sampai kapan perasaan ini terus terpendam dalam hatinya, Athifa pun tak tau.
Dalam Islam pacaran itu dilarang. Itu sebabnya, dari dulu sampai sekarang Athifa tak pernah pacaran, alias jomblo sejati. Semua lelaki yang mendekatinya, langsung dia tolak begitu saja. Begitupun setelah Athifa bertemu dengan si “Mr. Cuek”, keadaan masih sama persis. Walaupun kenyataannya Athifa memendam rasa yang sangat dalam kepada lelaki idolanya tadi, tapi dia tetap komitmen pada satu target untuk tidak pacaran.
Athifa selalu berfikir, apakah dia berdosa mencintai seorang lelaki dengan cara seperti ini. Apakah salah jika dia menyimpan rasa cinta pada seorang lelaki yang belum halal baginya. Yang dia tau hanyalah rasa cinta itu terus bertambah setiap detik, tanpa bisa ia hentikan.
Haziq. Haziq adalah nama lelaki yang Tifa kagumi. Tepatnya adalah Haziq Raqilla Efendi. Haziq seumuran dengan Tifa. Mereka berada di kampus yang sama, jurusan yang sama pula, tapi berbeda kelas. Kelasnya Haziq bersebelahan dengan kelasnya Tifa. Setiap hari Tifa selalu melewati depan pintu kelas Haziq, berharap bisa melihat Haziq walaupun hanya sepintas.
Selain dirinya dan Allah, ada satu orang yang mengetahui perasaannya terhadap Haziq. Dia adalah teman dekatnya Tifa, namanya Qaesyarah dan biasa dipanggil Sarah. Hari demi hari berlalu, tak bosan-bosannya Athifa terus memantau sikap dan prilaku Haziq. Ternyata, Haziq bukanlah tipe cowok yang recok. Dia tidak suka keramaian, itu lah kenapa dia lebih suka menyendiri. Kalau bukan orang lain yang berbica terlebih dahulu, dia tidak akan berbicara. Yah, itu lah cowok cuek yang dikagumi Athifa.
“Eh, liat deh. Dia lagi dengerin musik tuh. Gilaaak keren banget kan gayanya. Dia juga bisa main gitar lho. Tipe aku kali pokoknya”, kata salah satu teman sekelas Tifa yang ternyata juga menyukai Haziq.
Sabar ya Tifa, memang udah banyak kok yang suka sama dia. Jodoh gak bakal tertukar kok. Jadi santai aja, okey?”, ucap Sarah sambil terus mengelus-elus pundak Athifa.
Athifa lalu pergi meninggalkan Sarah dan ia menuju taman yang berada tak jauh dari tempat mereka mengobrol tadi. Lalu ia membuka tasnya dan mencari buku kecil yang semuanya tulisan tentang lelaki idolanya, Haziq. Dalam buku kecil khusus itu, Athifa menuliskan...
Tak mengapa jika banyak yang suka padamu, jika banyak yang mengagumimu, dan banyak sekali perempuan yang ingin menjadi pacarmu. Sekalipun jika akhirnya aku tau kamu akan berpacaran dengan salah satu temanku, aku tak akan menangisimu, karena aku masih memiliki cinta yang kekal sampai kapan pun, yaitu cintaku pada Allah. Ya Allah, mohon jagalah hati ini agar aku tidak berlarut-larut dalam cinta yang salah. Aku hanya ingin mencintai-Mu saat ini, maka hilangkanlah sedikit demi sedikit rasa cintaku kepada kekasih-Mu ini…
Bleeb, buku itu pun ditutupnya.
Malam itu, seperti biasa Tifa terbangun di sepertiga malam dan biasanya ia langsung menuju kamar mandi lalu berwudhu dan melakukan shalat tahajjud. Terlahir dari keluarga yang kuat agama membuat Tifa menjadi anak yang rajin beribadah, yang wajib maupun sunnah. Setiap malam, ia tak pernah absen menunaikan shalat tahajjud dan dilanjutkan dengan menghafal Al-Qur’an. Setelah shalat tahajjud dua rakaat, ia pun berdoa kepada Allah. Yang paling utama didoakannya adalah kedua orang tuanya. Lalu doa untuknya dan keluarganya. Setelah itu, barulah ia mendoakan hal-hal pribadinya. Termasuk Haziq. Ya, Haziq memang selalu hadir disetiap doa-doa sepertiga malamnya. Tifa tidak meminta agar Allah betul-betul menjodohkannya dengan Haziq. Tapi, ia memohon kepada Allah untuk selalu menjaga cintanya terhadap Haziq agar tidak melebihi cintanya kepada Sang Maha Pemberi Cinta. Dan doa ini menjadi doa yang tidak pernah ia tinggalkan.
Keesokan harinya…
Setelah lelah seharian melewati aktifitas di kampus, Tifa pun ingin segera pulang karena hari juga semakin sore. Dijalan menuju rumahnya, sambil mengendarai kereta, Tifa bernyanyi-nyanyi dan fikirannya melayang ke siapa lagi kalau bukan Haziq. Difikirannya, dia berharap bertemu sekali saja dengan Haziq saat itu juga, detik itu juga, dan menit itu juga. Tapi, ia pun sadar. Mana mungkin ia bertemu dengan Haziq di jalan ini. Pasti lah sekarang Haziq sudah berada di rumahnya, atau mungkin masih berada di sekitar kampus. Tapi… tiba-tiba saja, seperti kemukjizatan, Haziq datang dengan keretanya sambil terus melaju pelan mendekat kesamping Tifa. Sepontan, Tifa pun kaget. Karena apa yang ada difikirannya saat itu, tiba-tiba langsung menjadi kenyataan.
“hey, ngelamun aja.. Nanti nabrak baru tau rasa”, kata Haziq yang tiba-tiba muncul di hadapan Tifa.
“Haziq?? Dari mana kamu? Kok bisa disini?
“ya bisa lah. Aku kan biasanya memang lewat sini kalau pulang kampus. Kenapa? Kok bingung gitu wajahnya?”
“Eng..eng..enggak kok. Gak ada apa-apa” kata Tifa dengan terbata-bata.
“Aneh”, jawab Haziq.
“Haziq, aku duluan ya. Assalamu’alaikum..” ucap  Tifa.
“Wa’alaikumsalam”, jawab Haziq.
Lalu mereka pun berpisah disebuah persimpangan karena arah rumah mereka berbeda.
Sampai dirumah, Tifa masih terus tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Dia tidak menyangka jika keinginannya bertemu dengan Haziq di jalan seketika itu dikabulkan oleh Allah. Entah itu hanya kebetulan saja, atau mungkin memang rencana Allah. Yang jelas, Athifa sangat senang sekali karena bertemu dengan Haziq, walaupun hanya sebentar saja.
 Tak terasa semester satu telah berlalu. Sudah cukup kuat Athifa menyimpan perasaannya terhadap Haziq selama satu tahun lebih. Karena ternyata, tidak gampang dan tidak enak jika kita memendam rasa cinta pada seseorang. Nah, itu lah yang dirasakan Athifa. Berlanjut ke semester 2, nasibnya masih tetap sama. Athifa tetap memilih memendam rasa sukanya terhadap lelaki yang dia kagumi. Sampai detik ini, Athifa tak mengerti apakah rasa ini sudah menunjukkan rasa cinta atau malah hanya sekedar rasa kagum pada seseorang saja.
 “ Tifa, ada berita bagus lho”, kata Sarah
“Berita apa lagi sih Sarah?? Pasti gosip ya? Gak mau ah! Dosa tau gosipin orang.” Jawab Tifa acuh tak acuh.
“Bukaaan. Ini masalah Haziq. Kamu harus tau satu hal ini”
“Haziq?? Kenapa lagi dengan dia? Udah lah Sarah, aku mau lupain dia aja, sekarang aku gak mau bahas tentang dia lagi”
“Tifaaa, dengar dulu. Kemaren, aku ketemu sama Haziq. Dia bersama perempuan teman sekelasnya. Entah apa yang mereka perbincangkan, tapi mereka kelihatan serius sekali, dan disitu aku melihat kearakraban mereka kuat sekali. Terus, setelah perempuan itu pergi, aku menghampiri Haziq. Aku gak tega jika temanku tersayang ini terus sakit hati dibuatnya. Maka dari itu, aku katakan kepada Haziq kalau kamu sangat mencintainya. Dia terdiam dan gak percaya dengan apa yang kukatakan. Tapi aku gak punya waktu banyak, setelah aku katakan semuanya, aku pun pergi meninggalkannya”, ujar Sarah panjang lebar.
“Sarah.. kamu bilang semuanya ke Haziq tanpa persetujuanku terlebih dahulu?? Kan aku jadi malu nanti kalau bertemu dengan Haziq…” kata Tifa sambil merengut.   
“heeeii, denger dulu, aku kan belum selesai bicara. Setelah kejadian itu, malamnya langsung Haziq mengirim pesan padaku lewat BBM. Katanya, dia gak percaya kalau ternyata perempuan yang ia cintai selama ini juga mencintainya secara diam-diam”.
“eeiitss, tunggu dulu. Haziq bilang dia gak percaya kalau ternyata perempuan yang ia cintai selama ini juga mencintainya secara diam-diam??? Itu artinya…. Haziq juga mencintaiku??? Iya, iya kan Sarah??”, Tanya Tifa sambil mengguncang-guncangkan badan Sarah.
Setelah mendengar cerita dari temannya bahwa Haziq juga memiliki perasaan yang sama, membuat Athifa begitu kegirangan. Sampai akhirnya ia membuka lembaran buku itu lagi lalu dengan cepat ia menuliskan…
Jatuh cinta memang fitrah bagi setiap manusia. Tapi bagaimana cara untuk mengekspresikannya adalah pilihan. Ada satu keindahan yang mengatur alur ceritanya. Dan bagiku keindahan itu adalah ISLAM. Islam mengajariku bagaimana membaikkan fitrah yang dianugerahkan kepada-Nya. Meski tak terucap dan tak tersampaikan, hatiku tetap bahagia karena Islam telah menjaga.
Saat rasa belum mampu ku eja. Maka pilihanku adalah tetap berusaha, hingga aku sanggup membaca. Jika rasa telah sanggup kubaca. Maka pilihanku adalah berusaha untuk merangkai kata. Jika aku telah mampu merangkai kata. Maka rasa ‘kan ku tulis hingga makna mengisi sebuah cerita. Inilah yang kusebut penantian di dalam asa. Bahagia dan sempurna bersama doa dan usaha.
Oh Tuhan… inikah hadiah yang kau berikan untukku setelah sekian lama aku bersabar menunggunya dan memasrahkan rasa cinta ini hanya pada-Mu..?aku benar-benar tak salah pilih memutuskan bahwa Kau lah tempat berlindungku, sehingga aku dapat ikhlas menyandarkan rasa cinta ini hanya pada-Mu.
Dan sekarang, Tifa dan Haziq semakin dekat. Mereka tidak berpacaran, tetapi saling menjaga silaturahim antara keduanya. Karena ternyata mereka adalah satu komitmen, NO PACARAN! Dan sampai detik ini pun mereka saling memberi kabar, layaknya hubungan antara sahabat.